INI ORANG TUA BETULAN APA KEBETULAN JADI ORANGTUA?

Saya yakin banyak dari anda yang menginginkan anak anda jadi orang baik. Namun, saya melihat kelakuan sebagian orangtua millenial berasa aneh aja. Maunya sih baik. Tapi mendengar banyaknya tuntutan mereka kepada sang anak, bikin saya miris.

Bayangkan, mulai dari tuntutan rajin sekolah, rajin belajar, nilai harus tinggi, juara kelas, jangan membantah, berperilaku baik, nurut, hormat sama orangtua, jangan main hp mulu, jangan nakal, jangan… dsb, dst, bla bla bla….

Padahal anak itu sebenarnya tidak pernah meminta banyak pada orangtuanya. Hanya satu hal, “Tolong berhenti marah, dan berikan aku contoh-teladan yang baik, bukan seabrek nasehat”.

Akankah anak-anak menjadi baik, menjadi sholeh, sementara orangtua mencontohkan perilaku menekan kepada anaknya.

Kalo anak ditanya, “Apa kesan kamu tentang orangtua mu?”

“GALAK”, itu jawab mereka.

Derita kids zaman now.🙈😬

Beda cerita boss man soal anak millenial. Baginya anak millenial itu generasi unik. Seperti ini beliau pernah bercerita:

Generasi milenium adalah mereka yang saat ini berusi 18 tahun – 40 tahun, yang lahir di antara tahun 1980an awal hingga 1999. Dan saat ini di Indonesia generasi milenium itu merupakan 100 juta lebih populasi penduduk.

Mereka ini trend setter fashion, influencer, motor penggerak ekonomi kreatif, faham gagdet dan teknologi, life style, entertainment, suka hiburan, gemar kuliner, dan banyak lagi yang di dominasi oleh generasi ini.

Generasi ini sangat skillful, multitasking, bisa balas email sambil denger lagu dan menerima telphone berbarengan. Sangat melek teknologi.

Generasi ini berciri informil, santai, moody – perasaan adalah hal yang sangat di tunjukan, dipentingkan. Crowd opinion orientation dalam keputusan biasanya juga suka menunggu opini orang lain dan trending topik didapat dari dunia informasi sosmed dan dunia maya lainnya.

Berpendidikan lebih baik dari generasi sebelumnya di usia yang sama, berwawasan lebih baik bahkan sering menganggap mereka “over qualify” terhadap kerjaan mereka di dunia korporasi dan lebih ekspresif.

Senang mendapat pujian ( pemburu “like”), suka dikasih jempol dan bukan peng-hendle kritik yang baik bahkan tidak baik. Apa lagi hujatan, sulit sekali mereka menerimanya. Mereka sangat konfrontatif urusan hal ini, ego center mereka besar.

Bagaimana dengan cara mereka memahami pikiran orang lain? Hahaha… Bisa di katakan mereka agak tipis bisa mengerti hal itu. Enggak pandai, mereka sering potong kompas dan sulit memahami isi pikiran orang lain. Itu salah satu kelemahan generasi ini, attitude. Bahkan saya menilai generasi ini usia kedewasaan atau usia psikologynya di bawah usia biologisnya?

Maksudnya mas? Saya memerlukan penjelasan.

Usia biologisnya misalnya 29 tahun, tetapi usia kedewasaan sosialnya bisa baru 19 tahun atau awal 20 tahunan. Usia psikologisnya usia belasan, Bocah banget! Padahal di kultur bangsa lain itu usia udah sangat matang, dewasa.

Inilah pagi-pagi saya di kuliahi oleh seorang sahabat lama yang tangal 14 januari 2016 lalu mengundang saya ke Jogja untuk hadir dalam agurasi gelar doktornya di bidang ilmu politik, di mana latar belakangnya adalah psikologi sosial dan pengusaha.

Dia melanjutkan, “Itulah alasan saya merekrut pegawai dalam tahun 2015 kemarin usianya beberapa di atas 35-40 tahunan. Sehingga umur rata-rata karyawan saya saat ini 34 tahunan. Tahun 2012-2013 kemarin usia rata-rata karyawan adalah 27 tahunan”.

“Waduh..cape deh!! Kayak ngurus anak remaja, bahkan mungkin masih enak ngurus anak remaja”.

Mereka bisa “bad mood” hanya karena kita tekan. Mereka bisa keluar berhenti kerja hanya karena target tidak tercapai dan di marahin. Konflik horisontal di kantornya juga tinggi. Ada saja yang di konflik kan, dan bagi generasi di atas, atau yang usianya sekitar 45-50an, hal yang mereka konflikan itu bukan masalah banget. Karena bisa menekan pride atau harga diri.

Generasi milenium, ngak pinter urusan ini. Misalnya dalam memilih event di kantor, itu malah bisa buat gap karena rebutan bukan membuat akrab. Memilih selera dan menu makanan acara ulang tahun kantor itu bisa jadi konflik karena mereka well inform dan banyak tahu dan memaksakan idenya. Dan banyak lagi. Pusing pala adiknya berbie..katanya sambil pegang dengkul, bercanda menunjukan kepala adiknya berbie di dengkul.

Bener loh mas Dab, manja sekali caranya mereka memperlakukan hidup mereka.

Spoil banget, soft lunak sekali inginnya jalani kehidupan. Padahal kalau mereka manja dengan diri mereka kehidupan akan membalance dengan memaksa mereka melalui jalan yang keras kesehariannya.

Di sisi lain kalau manusia keras dengan dirinya, disiplin, manner, attitude di jaga, memiliki care dan integritas, kehidupan keseharian menjadi melunak.

Alam semesta sayang sama orang yang ber-karakter!

“Itu pengalaman saya loh, itu mungkin empiris pengalam pribadi, namun itu belief sistem saya”, katanya dengan nada tinggi untuk meyakinkan saya akan sintesanya.

Apa kelebihan dan keistimewaan generasi millenial ini menurut kamu? Yuk, lanjutin.

Tinggalkan komentar